Makalah : Sejarah Agama Hindu
MAKALAH
SEJARAH AGAMA-AGAMA
Dosen pengampu mata kuliah :
Muhammad Husni,M.Hum
SEJARAH AGAMA HINDU
Disusun oleh :
Gia Safitri
NIM 1803150063
PRODI SEJARAH PERADABAN
ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN
DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
2018
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sebagai pencipta atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Sejarah Agama Hindu”.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan
makalah ini.
Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa
membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Palangka Raya, September 2018
Gia Safitri
****
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
D.
Manfaat Penulisan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Asal-usul dan Pengertian Agama Hindu............................................................ 2
B.
Sejarah Perkembangan, Kitab suci, dan Kasta dalam
Agama Hindu................. 3
C.
Konsepsi tentang Ketuhanan.............................................................................. 5
D.
Ajaran tentang Atman........................................................................................ 5
E.
Sekte-sekte dalam Agama Hindu....................................................................... 5
F.
Hindu Dharma.................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................... 10
B.
Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Hindu merupakan salah satu agama yang dianut
oleh sebagian manusia dijagat raya ini. Eksistensi agama ini masih eksis sampai
sekarang untuk menngetahui secara global tentang agama Hindu berikut akan
dipaparkan mengenai asal usul dan apa itu agama Hindu, sekilas tentang sejarah
perkembangannya, kitab suci dalam agama Hindu, kasta-kastanya, ajaran tentang
ketuhanan, tentang Atman, sekte-sekte yang terdapat dalam agama Hindu dan Hindu
Dharma.
B.
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana asal-usul dan pengertian agama Hindu?
B.
Bagaimana sejarah perkembangan, kitab suci, dan kasta
dalam agama Hindu?
C.
Bagaimana konsepsi ketuhanan dan ajaran Atman dalam
agama Hindu?
D.
Apa saja sekte-sekte dalam agama Hindu?
C.
Tujuan Penulisan
A.
Mengetahui asal-usul dan pengertian agama Hindu.
B.
Mengetahui sejarah perkembangan, kitab suci, dan kasta
dalam agama Hindu.
C.
Mengetahui konsepsi ketuhanan dan ajaran Atman dalam
agama Hindu.
D.
Mengetahui sekte-sekte dalam agama Hindu.
D.
Manfaat Penulisan
Sebagai referensi diri sendiri maupun orang lain
mengenai agama Hindu. Sebagai mahasiswa jurusan sejarah peradaban, kita patut
tahu apa saja agama-agama yang ada didunia terutama negara kita Indonesia dan
bagaimana sejarah dari agama-agama tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul dan Pengertian Agama
Hindu
Agama
Hindu adalah suatu agama yang lahir dan berkembang di India, jauh berates tahun
SM. Dipandang dari sudut etimology (ilmu bangsa-bangsa), penduduk India
merupakan campuran antara penduduk asli yang disebut dengan bangsa Dravida
dengan suku pandang yang berasal dari
sebelah utara, yaitu bangsa Aria yang merupakan rumpun dari Jerman yang disebut
juga Indo Jerman.
Agama
Hindu merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah Kristen dan Islam dengan
jumlah umat sebanyak hampir 1 miliyar jiwa. Penganut agama ini sebagian besar
terdapat dianak benua India. Disini terdapat sekitar 90 % penganut agama Hindu.
Bangsa
Aria yang memisahkan diri dari induk bangsanya masuk ke India antara 2000-1000
SM. Setelah datang ke India mereka menetap disekitar lembah atau Sungai Gangga
yang juga di huni oleh penduduk asli Bangsa Aria berkulit putih, berbadan
tegap, hidung melengkung sedikit, namun peradabannya lebih rndah dari suku
bangsa Dravida.
Akibat
dari pembauran tersebut, maka terjadilah peleburan yang berbeda, yang kemudian
melahirkan kebudayaan Hindu dan nantiny melahirkan agama Hindu. Maka dengan
demikian diperoleh suatu gambaran bahwa agama Hindu dibentuk atau dipengaruhi
oleh kedua unsur kebudayaan, yang mula-mula banyak ditemui perbedaan , tetapi
lama-kelamaan dapat melebur menjadi satu.
Lalu
apa sebenarnya Agama Hindu itu? Adjiddan Noor menjelaskan, adalah suatu hal
yang sangat sulit, bahkan boleh dikatakan hampir tidak mungkin bagi kita
memberikan batasan apa sebenarnya agama Hindu itu.
Menurut
kepercayaan orang Hindu sendiri, agama mereka sudah ada sejak ribuan tahun SM.
Sebagian ahli sejarah berpendapat, bahwa agama Inida Kuno tidak terlepas dari
kutipan yang diambil dari agama-agama yang dianut Bangsa Babilonia, Mesir, dan
Asuria. Pendapat itu mereka hubungkan dengan tempat tinggal atau asal mula
orang-orang Aria pertama yang memasuki India hidup dan berada di sekitar
bangsa-bangsa tersebut.
Dr.A.
G. Honig menegaskan, Agama Hindu bukanlah merupakan agama, tetapi kumpulan
sejumlah agama-agama yang meliputi segi etika dan kemasyarakatan , dari
keseluruhan ini disebut dengan agama Hindu. Jadi dengan demikian Honig
berkesimpulan, agama Hindu adalah agama orang India dan juga seluruh kebudayaan
yang bersangkutan dengan itu.
Selanjutnya
Abu Ahmadi dalam bukunya menyebutkan, agama Hindu adalah percampuran anatar
kebudayaan kedua bangsa (Aria dan Dravida) kemudian tercipta kebudayaan Hindu
dan peleburan antara kepercayaan kedua bangsa itu kemudian timbu agama Hindu.
B.
Sejarah Perkembangan, Kitab
Suci, dan Kasta-kasta dalam Agama Hindu
Agama
Hindu merupakan suatu fase perkembangan agama di India yang berkembang dan
dikenal sekarang ini. Agama ini dapat dikatakn suatu hasil evolusi dari agama
yang dibawa oleh bangsa Aria dengan peradaban bangsa Dravida yang dalam
perkembangannya mengalami beberapa proses. Yaitu proses Weda, berkembang
menjadi agama Brahma dan selanjutnya menjadi agama Hindu seperti yang dikenal
sekarang ini, ada juga yang menamainya dengan masa agama Upanishad. Karena itu
dalam perjalanan sejarah agama Hindu dapat dibagi menjadi :
1. Periode Agama Weda
Periode ini diperkirakan berkembang sejak
masuknya bangsa Aria ke India sampai tahun 1.500 SM. Agama ini dapat dikatakan
suatu agama alam, artinya dalam mendekati dan menyelami hal kedewaan agama ini
sangat mengarahkan pandangan pada gejala-gejala alam, baik yang bersifat
menyenangkan atau tidak.
Pada zaman ini hidup keagamaan orang Hindu
didasarkan kepada kitab weda samhita berasal dari “wid” yang artinya buah
ciptaan dewa Brahma sendiri. Isinya diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para
reshi dan para pendeta dalam bentuk mantera-mantera yang kemudian disusun
sebagi puji-pujian oleh para reshi. Selanjutnya Adijddan Noor menambahkan bahwa
kitab weda, muncul tidak sekaligus dan tidak ada pula yang mengetahui
dengan pasti kapan kitab weda ini mulai digubah, hanya saja data diketahui
bahwa sebagian nyanyian-nyanyiannya mulai dikumpulkan kira-kira tahun 1.500-600
SM. Sebelumnya kitab weda diwariskan
dari lisan ke lisa atau dihapal orang.
Kitab weda terdiri dari 4 kumpulan yaitu :
Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda. Rig Weda berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan
untuk mengundang para dewa agar hadir di upacara-upacara korban yang
dipersembahkan kepada mereka (dewa-dewa). Imam-imam atau pendeta-pendeta yang
mengajukan pujian ini disebut Hotr. Sama
Weda hampir sama dengan Rig Weda,
hanya diberi “sama” atau lagu. Imam atau pendeta yang menyanyikannya disebut
Udgrt. Yajur Weda berisi yajur atau rapal. Rapal yetsebut dipakai
untuk mengubah korban menjadi makanan pada dewa. Pendeta atau imamnya disebut
Adwaryu. Sedangkan, Atharwa Weda berisi
mantera-mantera khusus untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan
sebagainya. Kegiatan ini di pimpin oleh Atharwan (golongan pendeta).
Kita Weda hanya boleh dipelajari oleh
golongan Brahmana, Ksatria dan Waisya. Sedangkan bagi golongan lain tidak
diperkenankan membacanya. Kitab Weda ditulis dalam bahasa Sansekerta.
2. Periode Agama Brahma
Periode ini berkembang diperkirakan antara
tahun 1.500-500 SM. Karena itu agama ini dikatakan kelanjutan dari agama Weda.
kehidupan beragama pada periode ini didasarkan pada kitab Brahma, yaitu bagian
ke dua kitab Weda yang kedua. Kitab ini ditulis oleh para imam Brahmana dalam
bentuk prosa. Isinya memberikan keterangan tentang korban, membicarakan nilai
serta mencoba mencari asal-usul korban.
Adapun ciri-ciri zaman ini antara lain :
korban menapat tekanan yang besar, para Brahmana mebdapat kekuasaan yang lebih
besar, berkembangnya kasta dan asrama, dewa-dewa berubah perangainya, dan
timbulnya kitab Sutra.
a. Korban
Pada zaman
weda korban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka (para
dewa) berkenan menolong kehidupan mereka. Disamping itu korban juga digunakan
untuk memaksa dewa monolong manusia. Jadi korban dipandang memiliki magis
(kekuatan) yang lebih dari pada dewa.
b. Kasta
Dalam agama
Brahma mengenal adanya kasta yaitu kasta Brahmana, Waisya, Ksatria dan Sudra. Blekeer menyebutkan, sistem kasta
berpangkal pada keempat golongan tertua di Aria, yaitu golongan pendeta,
perwira, pedagang/petani, dan buruh/budak. Dr.
Honig mengatakan dalam kitab weda disebutkan kasta-kasta itu timbul dari
anggota tubuh Purasa (makhluk azali yang sangat besar dan memilki seribu kepala
serta seribu mata). Purasa ini ketika
dipotong-potong mulutnya menjadi Brahmana,
lengannya menjadi Ksatria, pahanya
menjadi Waisya, kakinya menjadi Sudra, matanya menjadi matahari,
nafasnya menjadi angina, dari pusar-pusarnya keluar rnga langit, dan telingnya
enjadi mata angina dan seterusnya.
c. Asrama
Asrama
adalah tingkatan hidup. Dalam agama Brahmana disebutkan adanya 4 tingkat hidup
yang harus diakui oleh penganutnya.
v
Brahmacarin (anak akan meniggalkan rumah menuju ketempat guru
sebagi siswa).
v
Grhata (anak sudah dewasa dan masuk usia pernikahan).
v
Vanaprastha (pada usia lanjut, orang pergi kehutan, segala uruan
rumah tangga diserahkan kepada anak laki-laki dan adakalanya ia masuk hutab
beserta istrinya).
v
Sanyasin (tingkat pertama yang telah terlepas dari kehidupan
dunia, meskipun ia masih hidup di dunia).
3. Periode Agama Hindu
Dimulai pada masa tarikh masehi hingga
sekarang ini. Abd. Manaf dalam bukunya sejarah agama-agama menyebutnya masa
agama Hindu ini dengan masa agama Upanishad. Setelah mereka pergi kehutan untuk
mendalami ilmu dan dapat memahami kitab dengan lebih mendalam, maka akhirnya
muncul renungan-renungan yang filosofis dan akhirnya muncul kitab yang bernama
Aranyaka (kitab-kitab rimba). Upanishad (Upani=di dekat; shad=duduk). Jadi
upanishad artinya duduk bersimpuh di dekat guru untuk dapat mendengarkan
wejangan-wejangan filosofis tentang hakikat Atman dan didalamnya diuraikan
hubungan Atman dengan Brahman.
C.
Konsepsi tentang Ketuhanan
Agama
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang beraliran polytheisme karena
memuja banyak dewa, namun tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, dewa
bukan Tuhan sendiri. Tuhan itu Maha Esa. Dalam salah satu ajaran filsafat
Hindu, Advaita Vedanta menegaskan bahwa, hanya ada satu kekuatan dan menjadi
sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada
manusia dalam beragam bentuk. Konsepsi
Hindu selanjutnya mengalami perkembangan, sehingga banyak hal telah
dijadikan pedoman dalam kitab suci Weda seperti jumlah dewa mengalami
perubahan. Dalam Hindu weda belum dikenal adanya dewa Trimurti yaitu tiga
rangkaian dewa yang berkuasa atas alam semesta, maka dalam Hindu selanjutnya
muncul konsep Trimurti tersebut.
Selanjutnya Adjiddan Noor dalam bukunya mengatakan, kemudian dalam perkembangan
selanjutnya ada pergeseran konsep, dimana akhirnya terdapa 3 dewa, yang sering
digabungkan menjadi Trimurti, yaitu : Brahma, Wisnu dan Syiwa.
D.
Ajaran tentang Atman
Di
dalam Weda, Atman diartikan dengan nafas, jiwa, dan pribadi. Atman adalah pusat
segala fungsi jasmani dan rohani manusia. Atman merupakan hakikat manusia yang
sebenarnya. Atman diciptakan oleh Tuhan, ia berasal dari yang maha suci,
setelah atman masuk kedalam jasmani, ia bisa menjadi kotor lantaran nafsu
duniawi manusia. Agar supaya atman bisa kembali kepada Tuhan ia juga harus
suci. Dalam ajaran Hindu bahwa orang yang meninggal dunia yang rohnya masih
belum suci, maka roh tersebut hidup mengembara dialam lain. Roh harus diberi
sesajen, sedangkan yang boleh melakukan sesajen dank urban adalah hanya
laki-laki sehingga dengan adanya sesajen dan kurban diharapkan roh dapat
kembali ketempat asalnya.
E.
Sekte-sekte dalam Agama
Hindu
1. Sekte Vedanta
Menurut aliran ini objek pemujaan dan
tujuan akhirnya ialah terletak pada sumber segala-galanya yang disebut dengan “Brahman” (Yang Maha Ada atau
maksokosmos). Subjek yang melakukan pemujaan kepada_nya itu ialah yang disebut
“Atman” (sebagai jiwa manusia atau
mikrokosmos). Brahman dan Atman terpisah oleh samsara. Sedangkan samsara
disebabkan oleh pengaruh materi dan badan jasmani. Selama manusia terikat oleh
materi/jasmani itu, mereka akan tetap mengalami samsara. Keadaan yang demikian
penyebab tidak akan bisa bersatunya antara Brahman dan Atman.
Maka akhirnya diajarkan kepada manusia,
agar bersikap menjauhi segala pengaruh dari ikatan-ikatan kebendaan yang bisa
menyebabkan penderitaan (samsara). Selanjutnya dianjurkan agar mereka mencari
guru yang mumpuni sehingga dapat memberikan penjelasan tentang sebab-akibat dari
samsara tersebut.
2. Sekte Sankya
Ajaran dalam sekte ini menyebutkan bahwa
segala yang maujud ini terdiri dari dua anasir. Anasir pertama disebut dengan “Purusha” artinya jiwa seseorang dan
anasir kedua dengan “Prakerti” artinya
jasmani seseorang. Kedua anasir tersebut di pandang sebagai sesuatu yang kekal
dan abadi.
3. Sekte Yoga
Dalam aliran/sekte ini terdapat ajaran
tentang cara melatih jiwa untuk melepaskan diri dari samsara. Jadi akhirnya
sekte ini kurang mementingkan upacara keagamaan, namun yang diutamakan oleh
sekte ini adalah bagaimana cara melakukan samadi saja untuk melepaskan diri
dari samsara.
4. Sekte Jainisme
Inti dari ajaran sekte ini adalah
mengharapkan kebahagiaan abadi. Pandangannya tentang samsara hampir sama dengan
sekte Vedanta, yakni segala penderitaan jiwa disebabkan oleh pengaruh dari
materi/ikatan yang bersifat kebendaan. Karena itu menurut sekte ini manusia
harus berupaya semaksimal mungkin untuk membebaskan jiwa dari ikatan materi/
benda tersebut. Adapu cara yg ditempuh untuk membebaskan jiwa dari ikatan
materi adalah dengan cara menjalankan “Ahimsa”.
5. Sekte Wisnuisme
Sekte ini lebih menekankan penyembahan
kepada dewa Wisnu. Menurut aliran ini kebaikan dewa Wisnu dengan bhaktinya
(cintanya) dapat memberikan jaminan kedamaian hidup.
6. Sekte Siwaisme
Pemeluk aliran ini sangat optimis akan
kebulatan kekuasaan dewa Siwa. Adapun keistimewaan dewa Siwa karena ia dapat
memiliki watak atau sifat yang sati sama lainnya terkadanf berbeda/berlawanan.
Disaat ia menjelma dengan sifat yang baik, maka pengikutnya memuja untuk
mendapatkan petunjuk dan rahmatnya, sedang saat ia menjelma sifat jahat/buruk,
maka ia dipuja tidak memperbesarkan kemaharanannya serta jangan menimpakan
kejahatan kepada mereka.
7. Sekte Brahmaisme
Aliran ini lebih mengutamakan pemujaan
kepada dewa Brahma, yang dalam konsep Trimurti dipandang sebagai dewa pencipta.
Dewa ini merupakan dewa tertinggi yang harus dipuja oleh siapapun. Ia
digambarkan sebagai tokoh dewa yang berkepala empat serta berwajah indah
dengantanda sekuntum bunga teratai serta naik angsa.
8. Sekte Trantrisme
Aliran ini dalam usaha mencapa Nirwana
lebih mengutamakan metode pembacaan mantera-mantera rahasia dan membebaskan
ruang gerak hawa nafsu.
M. Arifin alam bukunya menyebutkan bahwa
cara yang ditemph aliran ini dengan menjalankan 5 “Ma”. Matsya (makan ikan
sebanyak-banyaknya). Mada (minum tuak
sebanyak-banykanya). Mansa (makan
daging seanyak mungkin). Mudra (makan
sejenis nasi sebanyak-banyaknya). Meathuna
(melepaskan nafsu birahi sebanyak-banyaknya dengan wanita). Maka dengan
kebebasan/ kepuasaan nafsu tersebut, manusia dapat melepaskan diri dari
samsara.
F.
Hindu Dharma
Hindu
Dharma adalah penamaan atas agama yang dianut oleh masyarakat Bali.
1. Sekilas tentang Agama Hindu
Membicarakan Hindu Dharma di Bali,
sebaiknya diawali dengan membicarakan agama Hindu di Indonesia. Menurut catatan
sejarah agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tahun masehi oleh
para musafir dari India bernama Maha Resi Agastya, yang du Pulau Jawa dikenal
dengan sebutan Batara Guru/Dwipayana dan juga musafir dari Tiongkok, bernama
Pahyien.
Meskipun agama Hindu masuk ke Indonesia
permulaan tahun masehi, berkembang dari pulau ke pulau, namun Pulau Bali baru
mendapat perhatian mulai abad ke-8 oleh
pendeta-pendeta Hindu yang bernama Empu Markandeya yang bertempat tinggal di
wilayah Gunung Raung (Jawa Timur). Dialah pemimpin ekspedisi pertama ke Bali
sebagai penyebar agama Hindu dengan membawa pengikut sekitar 400 orang namun
gagal. Setelah itu dilaksanakan ekspedisi kedua dilaksanakan dengan membawa
pengikut sekitar 2000 orang dan akhirnya berhasil dengan gemilang.
2. Konsep Ketuhanannya
Perlu diketahui bahwa agama Hindu Bali
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam praktiknya dapat dicapai melalui
perantaraan dewa. Orang Hindu Bali juga mengenal dewa Brahma, Wisnu dan Syiwa,
hanya saja lebih memeliakan dewa Syiwa dari pada dewa lainnya. Mereka percaya
kapada Tuhan Yang Maha Esa. Soal nama Tuhan, tergantung cara mereka
menyebutkannya. Kadang-kadang disebut dewa Brahma, Hyang Widhi, Hyang Widhi
Wasa, dan lain-lain, namun yang memegang kekuasaan tertinggi itu hanya satu
saja. Dalam Weda disebutkan : “Ekan Eva
Adwiyan Brahma”, yang artinya “hanya satu tiada dua-Ny yaitu Brahman”.
3.
Upacara
Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan masyarakat Bali senantiasa mengadakan upacara-upacara untuk
dewa-dewa yaitu : yajnya (kurban). Yajnya dimaksud adalah “Buta Yatnya” yaitu
kurban-kurban kepada makhluk halus/dewa penjaga alam. Butta Yajnya tersebut
dilakukan dalam 3 macam : Tawur Agung (kurban yang dilaksanakan dalam satu
tahun sekali), Tawur Panca Wali Krama (upacara kurban yang dilakukan tiap 10
tahun sekali), dan Tawur Eka Dasa Rudra (upacara kurban yang dilakukan setiap
100 tahun sekali. Adapun upacara yang paling utama ialah Tawur Agung Eka Dasa
Rudra, karena merupaka usaha mencari keselamatan hidup di samping pengakuan
dosa-dosa manusia selama 100 tahun. Tawur artinya pembayaran, penebusan atau
pembersihan. Agung artinya besar-besaran. Eka Dasa artinya seratus dan Rudra
adalah makhluk halus penjaga mata angin/alam.
4. Hari-hari Besar Umat Hindu Dharma
a. Hari Raya Galungan
Kata Galungan berasa dari Bahasa
Jawa Kuno, yang artinya “Menang atau Bertarung”. Inti upacara Galungan adalah kekuatan rohani agara mendapat
pikiran dan pendirian yang tak terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang
terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu
adalah wujud adharma. Dengan kata lain hakikat Galungan adalah memenangkan
dharma melawan adharma.
b. Hari Raya Saraswati
Merayakan hari raya ini dianggap
penting oleh umat Hindu. Menurut legenda Saraswati adalah Dewi/istri Brahma.
Saraswati adalah Dewi Pelindung/Pelimpah pengetahuan, kesadaran. Berkat
anugerah dewi saraswati manusia menjadi peradab dan berkebudayaan. Dewi
Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik dan bertangan empat.
Biasanya tangan-tangan tersebut memegang Gentri (tasbih), Kropak (lontar), dan
Wina (alat musik) dan sekuntum bunga teratai dan didekatnya biasanya terdapat
burung merak dan angsa yang bia terbang. Peringatan hari raya ini, menurut
beberapa kepustakaan Hindu adalah dalam rangka mengingat kembali ajaran-ajaran
agama dan kesusilaan.
c. Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi dirayakan setiap
Tahun Baru Saka. Tujuan utama perayaan ini adalah memohon ke hadapan Tuhan
untuk mensucikan alam manusia dan alam semesta. Ada empat pantangan yang wajib
diikuti saat hari raya ini (Catur Berata Penyepian) : Amati Geni (mematikan api), Amati
Karya (menghentikan kegiatan kerja), Amati
Lelanguan (tidak bersuka-ria), dan Amati Lenguan (tidak mengikuti keinginan
untuk bepergian).
Keesokan harinya yaitu hari raya
Ngembak Geni, segenap orang rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan
tetangga dan dandai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang bersih dan
dipenuhi kebijaksanaan.
d. Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan adalah hari raya
yang dirayakan oleh umat Hindu Dharma. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara
(sabtu), kliwon, wuku, kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari,
dengan menggunakan perhitungan kalender Bali.
5. Salam Dalam Agama Hindu
Untuk membina hubungan yang harmonis dan
mempererat persaudaraan dalam pergaulan dimasyarakat, agama Hindu
mengajarkan salam persaudaraan dengan
mengucapkan “OM SWASTYASTU”. Salam
ini dapat juga digunakan dalam memulai dang mengakhiri suatu kegiatan dapat
juga memakai “OMSANTI,SANTI,SANTI,OM”, yang
artinya Semoga Damai. “OM” yang berasal dari “A” symbol Brahman, “U” adalah
symbol Wisnu dan “M” adalah symbol Syiwa. Lalu diucapkan AUM atau OM. Yang
menerima salam seyognya menjawab dengan ucapan OM SWASTYASTU.
OM,
= Tuhan, SU, = baik, ASTI, = ada dan
ASTU, = semoga. Jadi OM SWASTYASTU artinya SEMOGA SELAMAT ATAS RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama Hindu merupakan agama tertua di India. Berkaitan
dengan asal-usul agama Hindu, Govinda Gas mengatakan bahwa agama Hindu
sesungguhnya adalah suatu proses antropologis yang hanya karena nasib yang
ironis saja diberi nama agama. Dengan berpangkal kepada Weda yang mengandung
didalam dirinya adat istiadat dan gagasan-gagasan salah satu atau beberapa suku
bangsa, agama Hindu sudah berguling-guling terus sepanjang abad-abad hingga
kini, seperti bola salju yang makin lama makin membesar, karena menghisabkan
adat istiadat dan gagasan bangsa yang dijumpainya didalam dirinya. Dalam agama
Hindu terdapat adanya kasta (golongan masyarakat) yaitu kasta Brahmana,
Ksatria, Waisya, dan Sudra. Istilah kasta dalam agama Hindu ini yang membedakan
masyarakat dengan golongan tertinggi yaitu kasta Brahmana hingga golongan
terendah yaitu kasta Sudra.
B.
Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dari penyusunan makalah ini. Maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama-agama
Terbesar di India, Pustaka Nasional Pte Ldt Singapura 2001
Jirhanuddin , Perbandingan Agama (Pengantar Studi
Memahami Agama-agama)
Komentar
Posting Komentar